Perbedaan itu nyata
Perbedaan ini sangat nyata. Aku dan kamu yang menjalin hubungan,
menjalin hubungan untuk menjadikan kita satu, satu tujuan dalam pilihan
yang berbeda mungkinnya. Ketika saatnya aku takut tuk memandang apa itu
yang dinamakan pagi saat matahari beranjak dari ketidurannya
menggantikan malam. Saat aku berusaha keras tuk berlari dari senja yang
akan mendatangkan kegelapannya lagi, lalu kau hadir menawarkan cahaya
saat malam pun kini penuh kegelapan riang menari di atas keterpurukkan
ku.
Semua jelas tampak layaknhya dalam cerita dongeng saat cinderella
diubah dengan mudahnya menjadi seorang putri cantik dan mendapatkan
pangeran yang dia impikan. Percayakah terjadi dalam kehidupan nyata?
Aku memulai semuanya dari prasaan ragu, kamu tetap berada dalam
keberadaan yang membuatku ingin tetap memperhatikan apa ini sebuah
bayang semu? Kamu tetap ada disana dan tetap disana menawarkan apa itu
yang kita bilang sebagai bahagia kebersamaan dalam balut rasa saling
mencintai.
Kehadiranmu, yah kehadiranmu yang bisa dibilang senja saat matahari
memulai menenggelamkan apa itu saat terang dunia mulai menjadi kegelapan
lalu kamu mendatangkan apa yang disebut cahaya dalam kegelapanku.
Bahagia itu kamu ciptakan seiring waktu yang membuktikan untuk kita
bersama berjalan dalam langkah yang mungkin tidak terhentikan oleh
waktu.
Ingatkah saat kita memulai mengenal satu sama lain? Layaknya sang
merpati yang berterbangan mencari dimana tujuan ia hinggap dan nyaman
dalam keberadannya untuk beristirahat. Menempatkan diri untuk tetap
kembali pulang ke tempat yang telah menciptakan sebuah kenyamanan dalam
setiap hela nafas lelahku. Kamu yang tersandarkan menjadi bagian untukku
mengembalikan apa itu yang ku sebut semangat untuk ku memulai lagi
kegiatan rutinku.
Waktu terus berjalan dengan kewajiban yang menuntunku untuk terus
berusaha memahami setiap detiknya dalam kehidupanku, apalagi sekarang
sudah terasa lebih lengkap dengan kehadiran ia yang membuat hidupku
lebih menghasilkan banyak warna-warni nyata apa itu dia yang kita sebut
kebahagiaan.
Beranjak dari itu semua, senja tidak lagi berwarna menyeramkan, senja
sekarang lembut warnanya, terbentang begitu sejuk dimata, dan saat
malam menghadirkan kegelapan tidak akan membuatku resah tuk mencari
dimana cahaya untukku melanjutkan hariku, sudah ada ia yang akan menjadi
cahaya saat aku melihatnya kegelapan.
Kamu membuat aku memulai hari itu adalah harapan, saat aku dan kamu
akan meraih apa yang kita inginkan bersama dalam satu tujuan. Dalam
sekian banyak prasaan ragu, dalam banyaknya perkataan orang lain tentang
apa yang menyangkut dirimu memang sedikit meenggoyahkan pendirian ini,
aku menyerahkan pada waktu, karna aku yakin waktu akan memberikan indah
pada waktunya.
Sedikit demi sedikit aku mulai menemukan apa itu perbedaan yang kita
miliki, saat aku harus menerima kenyataan kita dari keluraga yang
berbeda. Mungkin kita sama dalam keadaan mahluk, tapi drajat yang kita
miliki terlampau jauh berbeda. Ini membuat satu persatu aku untuk
melangkah mundur dari perjalanan kita. Perjalanan yang sudah kita urai
bagaimana kedepannya, perjalanan yang mungkin masih tersimpan dibenak
dan akan kita menjadikannya nyata, perjalanan yang tidak akan
terhentikan, perjalanan antara aku dan kamu untuk menjadi satu dalam
satu kehidupan.
Belajar dari sebuah kenyataan bahwa tidak munafik manusia tetap
memandang apa itu yang dinamakan sebuah derajat. Walau sebenarnya itu
bukanlah salah satu alasan kita bisa berpisah dari apa yang telah kita
impikan bersama. Aku tau dimana batas kehidupanku, aku tau siapa aku dan
aku paham betul aku berasal dari mana. Aku terlampau jauh berbeda
dengan keadaanmu, aku hanyalah batu krikil diantara banyaknya batu besar
yang terlihat dipelupuk mata. Aku hanyalah sebuah kayu diantara besi,
dan aku hanyalah lentera diantara lampu berlian yang nyata terangnya
lebih mewah.
Aku belajar meyakinkan apa yang disebut manusia semua itu sama rata,
manusia semua sama dimata tuhan, tidak pandang dia siapa dan seberapa
besar materi yang ia miliki tapi aku berada dalam keadaan yang berbeda,
saat yang ku hadapi itu bukanlah sosok tuhan atau malaikat yang bisa
melihat bukan dari materi.
Aku terlalu takut untuk beranjak, melihat dan memandang kedepan
denganmu lagi. Aku takut terlalu banyak harap yang semakin banyak dan
semakin nyata cuma hanya menyisihkan kesedihan dan menggoreskan luka
yang lebih dalam. Aku mulai meneteskan air mataku, bukan karna aku
sedih, tapi karna aku tak mampu menggapaimu dengan berjuta harap yang
telah aku hadirkan dengan keberadaanmu. Aku menangisi kedaan yang
teramat sangat aku harap bisa mengubahnya.
Semua orang bisa bermimpi, bermimpi untuk mewujudkannya menjadi
nyata. Tetapi tidak semua orang berhak memaksakan keadaan, yang mungkin
jalan terbaiknya itu adalah berpisah.
Let me go and you’ll find someone new~
By : TPR~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar